Sabtu, 12 Oktober 2013

LAPORAN DAN MAKALAH ANALISA KUANTITATIF DAN CONTOH APLIKASINYA DALAM MANAJEMEN PRODUKSI DI BLOK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PTPN VI UNIT USAHA RIMBO DUA

I.       PENDAHULUAN
 
1.1       Latar Belakang
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor perkebunan unggulan di Indonesia yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dari kurun waktu tahun 2000 sampai 2009 perkembangan luas areal perkebunan hampir dua kali lipat yang pada mulanya 4.158.077 ha menjadi 7.125.331 ha  dan diiringi juga dengan peningkatan jumlah produksi (Khudori, 2008).
Perkembangan tanaman kelapa sawit telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia dan menjadi unggulan tanaman perkebunan. Hal ini dikarenakan kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi dan merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Selain itu perkembangan perkebunan kelapa sawit juga didukung oleh produk-produk turunan kelapa sawit yang beraneka ragam dan mempunyai banyak kegunaan. Menurut Khudori (2008), saat ini Indonesia merupakan negara nomor satu penghasil CPO terbesar di dunia diatas Malaysia dan menjadi negara eksportir CPO terbesar di dunia.
Untuk meningkatkan nilai guna kelapa sawit dan menambah nilai jualnya, maka akan lebih menguntungkan apabila hasil panen kelapa sawit diolah terlebih dahulu dibandingkan dengan menjual kelapa sawit tersebut tanpa diolah. Selanjutnya dalam proses pengolahan produk perkebunan kelapa sawit ini akan melibatkan berbagai macam pihak dan membutuhkan banyak sumber daya. Proses ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah agroindustri.
Pada proses agroindustri melibatkan banyak faktor seperti faktor modal, tenaga kerja, lahan, dan manajemen. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain sehingga saling berkaitan. Semua faktor diatas dapat berjalan jika manajemen yang dikendalikan oleh sumber daya manusianya dapat berjalan dengan baik. Pentingnya manajemen dalam suatu proses agroindustri maupun organisasi adalah sebagai roda penggerak agar apa yang direncanakan dapat tercapai. Salah satu faktor yang sangat penting dalam proses agroindustri adalah perencanaan produksi.
Dalam perencanaan produksi, faktor yang tidak kalah penting adalah harga CPO yang mengalami fluktuasi. Hal ini karena harga CPO akan mempengaruhi jumlah produksi yang akan dihasilkan dan berpengaruh juga terhadap permintaan CPO itu sendiri. Dengan adanya fluktuasi harga maka akan terlihat pengaruhnya terhadap proses perencanaan produksi, dan dampaknya terhadap permintaan itu sendiri. Permintaan CPO berasal dari pasar dalam negeri dan luar negeri. Sebagian besar produksi CPO indonesia di ekspor ke luar negeri. Kontribusi CPO Indonesia mencapai 44, 3 % dari total produksi CPO dunia, lebih tinggi 41,2 % pangsa CPO Malaysia (Arifin, 2008).
PTP Nusantara VI (Persero) sebagai pengelola perkebunan kelapa sawit Negara memiliki wilayah kerja di dua Propinsi yaitu Propinsi Jambi dan Sumatera Barat. PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Kebun Rimbo Dua di Kabupaten Tebo Propinsi Jambi merupakan salah satu dari 15 unit usaha yang ada pada PTP Nusantara VI dan memiliki pabrik pengolahan sendiri dengan kapasitas 30 ton/TBS/jam (PTP Nusantara VI Rimdu, 2007) serta memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit 3.271 ha (PTP Nusantara VI, Rimdu, 2008).
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang dimiliki PTP Nusantara VI adalah 5 buah dimana PKS Rimdu saat ini merupakan satu-satunya PKS yang memperoleh pasokan TBS dari kebun inti saja. Sedangkan PKS lain memperoleh pasokan dari kebun inti dan kebun plasma serta perusahaan di luar PTP Nusantara VI. PKS Kebun Rimbo Dua (Rimdu) berdiri pada bulan Juni 2006 dan menghasilkan CPO/minyak sawit mentah dan PK/inti sawit. Diawal berdirinya pabrik, bahan baku diperoleh dari beberapa CV dan kebun PTP N VI Solok Selatan. Tetapi seiring dengan sudah mulai dipanennya kebun kelapa sawit yang dimiliki Rimdu, maka pasokan TBS dari luar dihentikan.
Sejak itu PKS Kebun  Rimdu memperoleh pasokan bahan baku dari kebun inti yaitu Kebun Rimsa (Rimbo Satu) dan Kebun Rimdu (Rimbo Dua). Akan tetapi, PKS Kebun Rimdu memiliki kendala yaitu produksi kebun yang mereka miliki belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pabrik sedangkan pasokan dari kebun lain tidak banyak karena baru dilakukan proses peremajaan. Selain itu pasokan TBS (Tandan Buah Segar) dari kebun di Solok Selatan, sejak bulan September 2007 tidak lagi dibawa ke PKS Rimdu karena pertimbangan biaya transportasi yang besar.
 Selama pabrik belum beroperasi optimal butuh waktu yang cukup lama sehubungan tanaman yang belum menghasilkan atau belum dapat dipanen seluruhnya maka perusahaan memerlukan strategi yang khusus untuk mengatasi. masalah ini. Hal ini dikarenakan selama waktu menunggu tersebut biaya-biaya akan tetap dikeluarkan baik biaya langsung maupun tidak langsung, sedangkan pendapatan dari pabrik belum maksimal karena proses produksi pabrik terbatas disebabkan terbatasnya bahan baku.
Selain itu perubahan harga CPO di pasar dunia juga mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga CPO mempengaruhi proses produksi pabrik. Hal ini akan berpengaruh juga pada jumlah produksi yang dihasilkan. Kenaikan harga maupun penurunan harga memerlukan antisipasi yang cepat sehingga perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
1.2              Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
a)            Untuk mengetahui bagaimana perusahaan dalam menentukan persediaan bahan baku dalam menunjang proses produksi pada PTPN VI Unit Usaha Rimbo Dua.
b)            Untuk mengetahui informasi yang relevan tentang persediaan dan pengadaan bahan baku dalam menjaga kelangsungan proses produksi.
1.3              Rumusan masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana pemenuhan kebutuhan produksi dapat tercapai agar bahan baku siap diproses kemudian persediaan bahan buku harus ada setiap saat dibutuhkan.
I.                   Tinjauan Pustaka

  Pemanfaatan Hasil Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq) diyakini berasal dari Guinea dan Angola di Afrika Barat. Namun ada beberapa pendapat mengatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daerah Amerika Selatan (Ginting,1997). Sedangkan di Indonesia mulai dibudidaya pada tahun 1848 dan mulai dibudidaya secara komersil dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911 (Satyawibawa dan Widyastuti, 1997).
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS (Tandan Buah Segar). Buah sawit di bagian sabut (daging buah atau mesocarp) menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil atau CPO) sebanyak 20-24%. Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO) 3-4% (Sunarko, 2007). Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar (TBS). setelah diolah, tandan buah segar akan menghasilkan minyak. Minyak yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam. Pertama, minyak yang berasal dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan (press), dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Kedua, minyak berasal dari inti sawit, dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO) (Pardamean, 2008)
Istilah yang tidak dapat dipisahkan dari kelapa sawit adalah rendemen. Rendemen secara umum didefinisikan sebagai persen jumlah yang dapat dimanfaatkan dari jumlah keseluruhan. Rendemen kelapa sawit menunjukkan berapa kandungan minyak sawit yang berada didalam buah sawit atau TBS. Agar jumlah rendemen dalam kelapa sawit tidak berkurang maka harus dilakukan usaha untuk menjaga agar kualitas rendemen tetap tinggi  dengan memperhatikan saat TBS sebelum dipanen, pengangkutan TBS ke pabrik, penimbangan TBS dan Pabrikasi (pengolahan TBS di pabrik).
2.2       Teori Persediaan
Manajemen persediaan (inventory control) atau disebut juga inventory management atau pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dilain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal.
Pengendalian tingkat persediaan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas optimal dalam penyediaan material. Barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan (Indrajit, 2003).
2.3       Perencanaan dan Pengendalian Bahan baku
            Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan dan mengendalikan aliran material ke dalam, di dalam, dan keluar pabrik sehingga posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai. Pengendalian produksi dimaksudkan untuk mendayagunakan sumber daya produksi yang  terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan, Yang dimaksudkan sebagai sumber daya adalah mencakup fasilitas produksi, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Oleh karena itu perencanaan dan pengendalian produksi mengevaluasi perkembangan permintaan konsumen, posisi modal, kapasitas produksi, tenaga kerja, dan lain sebagainya (Kusuma, 2004).
2.4       Analisa SWOT
            Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2000). 

III. Metode Penelitian
Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VI ( PTPN VI ) kebun Rimbo Dua Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Propinsi Jambi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam mengumpulkan data primer dan sekunder digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan schedule quistioner ataupun interview guide (Nazir, 2003). Data yang dikumpulkan adalah data enam bulan terakhir yaitu data dari bulan Juli sampai Desember 2008 karena saat itu terjadi fluktuasi harga CPO dan TBS.

3.2       Variabel yang diamati
     Untuk tujuan pertama yaitu menganalisa perencanaan produksi CPO pada pabrik kelapa sawit PTP Nusantara VI, variabel  kualitatif yang diamati adalah (1) Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) yang meliputi proses produksi, kapasitas produksi, tenaga kerja, modal kerja, kualitas, pemasok bahan baku, dan biaya; dan (2) Faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang meliputi kondisi dunia usaha, teknologi, kebijakan pemerintah, upah tenaga kerja dan situasi pasar dan pesaing.
            Untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengetahui strategi pengadaan dan pengendalian bahan baku  pada pabrik kelapa sawit PTP Nusantara VI, variabel yang diamati adalah (1) Faktor Internal yang meliputi persediaan bahan baku, persediaan bahan jadi dan  persediaan bahan penolong dan (2) Faktor Eksternal yaitu persediaan bahan baku dan persediaan bahan penolong yang berada diluar kewenangan pabrik
3.3       Analisis Data
     Analisis data yang digunakan dilakukan dengan analisis kualitatif dengan menggunakan metode SWOT yaitu dengan menganalisa faktor internal dan eksternal perusahaan baik kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengadaan dan pengendalian bahan baku di pabrik kelapa sawit PTP Nusantara VI. Hasil idenifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan kemudian dikombinasikan sehingga diperoleh strategi yang merupakan perpaduan kekuatan-peluang (S-O), kelemahan-peluang (W-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-ancaman (W-T). 

 IV. Hasil dan Pembahasan
 Gambaran umum PTPN VI Kebun Rimbo Dua
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) merupakan penggabungan dari unit usaha bekas PTP III, PTP IV, PTP VI, dan PTP VII di Wilayah Jambi dan Sumatera Barat. Gabungan unit-unit usaha tersebut terdiri dari kebun karet, kebun kelapa, kebun kakao, kebun teh dan kebun kelapa sawit. Seiring dengan penggabungan tersebut maka pada akhirnya hanya ditanami tanaman karet, teh dan kelapa sawit. Gabungan PTP di Jambi dan Sumatera Barat ini diperkuat oleh Peraturan Pemerintah No.11/1996 tanggal 11 Februari 1996 dan Surat Keterangan Menteri Keuangan RI No. 165/KMK.016/1996 tanggal 11 Maret 1996.
PTP Nusantara VI (Persero) adalah BUMN yang bergerak di sektor agribisnis dan menjadikan komoditi kelapa sawit sebagai unggulan utama perusahaan karena komoditi ini dan produk turunannya memiliki prospek cerah. Unit usaha kebun Rimbo Dua merupakan salah satu dari 15 unit usaha yang berada di bawah PTP Nusantara VI Jambi-Sumbar. Kebun Rimbo Dua sendiri memiliki dua bagian yaitu kebun kelapa sawit yang terdiri dari 5 Afdeling dan pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit Rimdu didirikan pada tahun 2005 dan mulai beroperasi pada bulan Juni 2006.
4.2        Faktor Internal
a)                  Pemasok
            Bahan baku yang diolah adalah tandan buah segar (TBS). TBS diperoleh dari kebun inti dan beberapa kebun milik swasta diluar perusahaan. Pada tahun 2006 awal berdirinya pabrik pasokan TBS didatangkan dari kebun milik swasta, tetapi sejak tahun 2007 pasokan dari kebun milik swasta dihentikan dengan alasan untuk menjaga kualitas rendemen, sedangkan pasokan dari kebun inti Solok Selatan juga dihentikan dengan alasan jarak yang jauh sehingga mengakibatkan biaya transportasi menjadi lebih besar.
Mulai tahun 2008 pasokan bahan baku diperoleh dari Kebun inti saja yaitu Kebun Rimbo Satu dan Rimbo Dua. Jumlah TBS yang masuk ke pabrik rata-rata 400 ton/hari. Ini masih jauh dari kapasitas pengolahan pabrik yang mencapai 700 ton/hari. Hal ini dikarenakan  belum semua tanaman pada kebun Rimsa mampu menghasilkan TBS secara optimal.
b)         Proses Produksi dan Operasi
Proses produksi adalah proses transformasi input menjadi output yang bermanfaat atau bernilai tambah. Pada pabrik kelapa sawit inputnya adalah bahan baku berupa TBS dan outputnya adalah CPO dan inti sawit. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi serta fungsinya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produks
No
Mesin/Peralatan
Fungsi
Jumlah (Unit)
1
Timbangan
Menimbang berat TBS yang akan diangkut oleh truk ke loading ramp
1
2
Loading Ramp
Sebagai wadah penimbunan sementara, juga berperan untuk memuat buah ke dalam lori. Penimbunan buah yang sampai bermalam di loading ramp dapat menutunkan mutu minyak sawit bahkan lebih sepat dari penurunan mutu akibat penimbunan di lapangan
3
3
Genset
Sumber arus listrik/energi bagi proses produksi
2
4
Turbin uap
Pembangkit listrik
2
5
Ketel uap
Menghasilkan uap panas dalam proses perebusan
2
6
Hoisting crane
Mengangkut buah hasil rebusan dari sterilizer ke threser
3
7
Screw press
Alat kempa adonan yang berasal dari digester
3
8
Sludge separator
Memisahkan minyak dari air dan kotoran
4
9
Oil purifier
Memurnikan minyak
4
10
Decanter
Memisahkan fase padat, fase minyak dan fase air
2
11
Pompa air
Memompakan air
3
12
Lori
Menampung TBS ke perebusan dengan kapasitas 2,7 ton
54
13
Sterilizer
Merebus TBS
3
14
Autopider
Alat transport untuk buah yang sudah direbus untuk dipipil
3
15
Digester
Pengadukan pasca brondolan
5
16
Fruit elevator
Mengangkat brondolan ke elevator
3
17
Cake breaker conveyor
(CBC)
Memecahkan gumpalamn ampas yang terdiri dari biji dan serat
2
18
Polishing drum
Memidahkan fraksi ringan dan berat dari CBC
2
19
Fibre cyclone
Menerima pecahan gumpalan dari CBC
2
20
Nut silo
Memeram biji
3
21
Nut craker
Memecah biji
3
22
Hidro cyclone
Memisahkan inti dari tempurung
3
23
Kernel silo
Wadah mengeringkan inti
3
Sumber : bagian produksi PKS Rimdu, 2009
Mesin-mesin beroperasi secara kontinyu sehingga jalannya fungsi satu mesin tidak terlepas dari jalannya mesin yang sebelumnya begitu pula dengan jalan mesin setelahnya.
c)         Tenaga Kerja
            Tenaga kerja yang bekerja pada PKS Rimdu memiliki tingkat pendidikan mulai daei SD, SMP, SMA hingga tamatan perguruan tinggi. Tenaga kerja di PTP Nusantara VI bukanlah Pegawai Negeri Sipil (PNS), pemberlakuan golongan kepangkatan hanya mengikuti ketentuan dari kantor direksi yang berguna untuk menyamakan gaji dan tunjangan bagi seluruh tenaga kerja PTP Nusantara VI.
d)         Kualitas
PKS Rimdu merupkan salah satu dari 5 pabrik kelap sawit yang dimiliki oleh PTP Nusantara VI. PKS Rimdu merupakan pabrik yang memiliki kualias CPO dengan rendemen yang paling tinggi jika dibandingkan dengan pabrik yang lainnya. Kualitas  rendemen CPO ditentukan oleh TBS yang masuk dan diolah di pabrik. Untuk mempertahankan kualitas rendemen di pabrik maka asisten pengawasan mutu selalu menjaga agar kualitas TBS tetap sesuai dengan standar pabrik. Untuk menjaga kualitas CPO juga dilakukan dengan menjaga kebersihan pabrik dan prosedur kerja harus sesuai dengan petunjuk teknis untuk menjalankan pekerjaan. Dengan demikian hasil dari produk berupa CPO dan inti menjadi lebih berkualitas.
e)         Modal
PKS Rimdu memiliki sumber modal dalam bentuk uang dan sumber daya yang lain baik itu berupa peralatan dalam jumlah besar. Hal ini didukung oleh pihak pusat dalam hal ini kantor direksi dalam mendukung segala keperluan yang dibutuhkan oleh pabrik. Ini dikarenakan PKS merupakan sumber pendapatan karena menghasilkan produk berupa CPO dan inti yang akan dijual dan menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan. Modal awal pendirian pabrik sekitar Rp. 70 miliar dan dapat dipenuhi oleh perusahaan dengan modal yang ada sekitar Rp. 81 miliar.
f)         Teknologi
Mengingat tidak adanya pasokan PLN, maka alternatif yang dipilih untuk energi adalah pembangkit yang berasal dari boiler dan turbin uap dengan daya listrik sebesar 620 – 684 Kwh. Untuk sumber energi cadangan dipakai dari genset diesel berkekuatan 500 Kva sebanyak 2 unit dan 250 Kva sebanyak 1 unit. Kebutuhan energi listrik perbulannya sekitar 4.368 KWh yang digunakan untuk operasional pabrik dan perumahan karyawan. Bahan bakar yang diperlukan untuk beroperasinya pabrik terutama solar, jumlahnya mencapai + 17.000 liter per bulan. Energi untuk menggerakkan mesin-mesin di pabrik berasal dari mesin ketel uap, mesin diesel BBM dan mesin biodiesel.
4.3       Faktor Eksternal
a)         Kondisi dunia usaha
Perkembangan perdagangan CPO selama bulan Juli – Desember 2008 yang di ambil dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan perdagangan CPO selama bulan Juli – Desember 2008

Bulan
Perkembangan perdagangan CPO
Juli 2008
Harga minyak sawit terus mengalami tekanan seiring dengan melemahnya harga minyak mentah dan rendahnya permintaan untuk pembuatan biofuel. Jatuh hingga kelevel terendah CPO Malaysia mengalami kejatuhan 3.8%
Agustus 2008
Harga minyak sawit pada perdagangan di bursa Malaysia ditutup meningkat dipicu oleh ekspektasi peningkatan permintaan musiman dan setelah kembalinya harga minyak mentah dan minyak kacang kedelai sebagai substitusi dan alternatif bahan bakar. Harga minyak sawit pada perdagangan ditutup melemah, hingga kelevel terendah sejak Maret 2007
September 2008
Malaysia sebagai benchmark harga untuk minyak tropis telah mengalami kejatuhan lebih dari 25% pada tahun ini terseret karena besarnya hasil panen, kegagalan konsumsi di Asia dan sebaliknya Indonesia memotong pajak ekspor pada saat terjadinya kekacauan di pasar keuangan dunia.
Oktober 2008
Pada perdagangan berjangka Minyak Kelapa Sawit di Malaysia dan di Indonesia, harga CPO berjangka ditutup melemah lebih dari 3 % karena kekhawatiran yang masih menyelimuti pasar global berkaitan dengan resesi ekonomi yang akan memangkas permintaan.
November 2008
Harga CPO melejit hingga kelevel tertinggi sejak hampir 2 minggu, setelah mengalami situasi terburuk di Oktober.
Desember 2008
Stok CPO di Malaysia-produser terbesar kedua di Dunia setelah Indonesia- melejit 8.3% hingga mencapai rekor 2.27 juta ton di November dari awal bulan sebelumnya.
Sumber : Bappebti, 2009
Kebijakan pemerintah
Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit perusahaan menggunakan tanah negara yang diizinkan dengan Hak Guna Usaha (HGU). HGU yang dimiliki perusahaan berlaku selama 30 tahun dan dapat diperbaharui kembali kontraknya. HGU pertama terbit tahun 1979 dan berakhir pada tahun 2008. Saat ini lahan yang digunakan merupakan perpanjangan dari kontrak HGU yang sebelumnya.
c)         Upah tenaga kerja
Upah tenaga kerja di PKS diberikan sesuai dengan pangkat dan golongan karyawan. Walaupun beberapa golongan gaji pokoknya berada di bawah upah minimum provinsi (UMP) Jambi tetapi gaji total yang diterima termasuk tunjangan melebihi UMP yang berlaku. UMP Provinsi Jambi pada tahun 2008 adalah Rp.724.000/bulan. Karyawan selain menerima gaji pokok juga menerima premi kerja, upah lembur dan tunjangan.
d)         Pasar dan pesaing
CPO dari PKS Rimdu dipasarkan ke PT Agrindo Indah Persada (AIP) di Kabupaten Merangin sedangkan PK dipasarkan ke Pabrik pengolahan inti sawit di kawasan Padang Industrial. Pihak PKS tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran karena pelanggan sudah melakukan kontrak. Dalam memasarkan produknya, baik CPO maupun PK pihak perusahaan tidak memperoleh saingan dari perusahaan sejenis karena memiliki pelanggan yang berbeda.
e)         Persediaan bahan baku
TBS yang masuk ke pabrik adalah kontinyu tiap harinya. Hal ini dikarenakan di kebun  setiap harinya dilakukan pemanenan TBS untuk menghindari adanya waktu menunggu (idle time). Idle time hanya terjadi jika semua TBS yang ada di pabrik sudah diolah tetapi TBS yang sudah di panen di kebun tidak bisa dibawa ke pabrik karena cuaca buruk berupa hujan yang mengakibatkan mobil pengangkut mengalami kesulitan dalam membawa TBS ke pabrik. Untuk itu perusahaan melakukan perbaikan jalan dikebun demi kelancaran pasokan bahan baku.
f)         Persediaan bahan jadi
CPO disimpan di tangki timbun yang terdapat dua buah, sementara PK disimpan di bulk silo yang terdapat satu buah. Perhitungan persediaan CPO dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa meteran yang terbuat dari plat yang ujungnya diberi pemberat berbentuk kerucut. Setelah itu dilaksanakan pengukuran temperatur CPO. Jumlah CPO dan PK di gudang selalu tersedia. Hal ini terjadi karena persediaan selalu ada untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba permintaan terhadap CPO dan PK bertambah.
g)         Persediaan bahan penolong
Persediaan bahan penolong dan spare part pada bagian ini dimaksudkan sebagai barang yang akan digunakan untuk menghasilkan barang jadi (CPO dan PK). Persediaan bahan penolong seperti BBM, pelumas, spare part mesin PKS, bahan kimia pabrik selalu tersedia persediaan minimal di gudang. Persediaan minimal dimaksud untuk menjaga kelancaran operasional pabrik. Kemudian untuk spare part mesin biasanya mempunyai cadangan dan ada juga yang sudah disediakan oleh kantor pusat. PKS hanya menerima kiriman kantor pusat sesuai dengan kebutuhan pabrik.
Dari hasil penelitian maka dirumuskan strategi dengan menggunakan analisa SWOT yang dilakukan oleh perusahaan. Strategi tersebut merupakan kombinasi dari berbagai faktor yang diperoleh yang memperlihatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di pabrik kelapa sawit kebun Rimbo Dua PTP Nusantara VI. Strategi perencanaan produksi Crude Palm Oil (minyak sawit) dan Palm Kernel (inti sawit) pada pabrik kelapa sawit kebun Rimbo Dua PTP Nusantara VI dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Matriks SWOT strategi perencanaan produksi Crude Palm Oil (minyak sawit) dan Palm Kernel (inti sawit) pada pabrik kelapa sawit kebun Rimbo Dua PTP Nusantara VI
       
        
             
                          Internal






   Eksternal
S) Strengths
Faktor-faktor Kekuatan:
1.   Memiliki pabrik dengan kapasitas 30 ton TBS/jam
2.   Sumber bahan baku (TBS)  dari kebun sendiri
3.   Memiliki serikat pekerja yang solid dan kooperatif dengan perusahaan
4.   Disiplin karyawan tinggi
5.   Mempunyai karyawan dengan kemapuan di bidang kelapa sawit
6.   Tingkat keamanan kerja tinggi (zero accident)
7.   Kualitas bahan baku (TBS) terjaga
8.   Memiliki dukungan modal yang kuat
9.   Teknologi terbaru dalam pengolahan kelapa sawit
10.             Memiliki teknologi biodiesel dan pupuk kompos (zero waste)

(W) Weakness
Faktor-faktor Kelemahan:
1.    Bahan baku (TBS) belum kadangkala tidak mencukupi kebutuhan pabrik
2.    Belum memiliki standar ekspor


O) Opportunities
Faktor-faktor Peluang :
1.    produk turunan kelapa sawit memiliki prospek cerah
2.    Permintaan akan CPO tinggi
3.    Pemerintah daerah mendukung industri kelapa sawit
4.    Tidak ada pesaing dalam memasarkan produk
5.    Terbuka kesempatan untuk ekspor CPO dan PK

1.  Mempertahankan konsistensi mutu yang diinginkan konsumen dengan evaluasi terus – menerus (S1, S2, S7, S8,S9, O2, O3, O5)
2.  Meningkatkan kapasitas olah dengan mengoptimalkan instalasi yang ada (S6, S9, O2, O5)
3.  Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pabrik (S3, S9, O2, O5)
4.  Peningkatan kualitas dengan teknologi sesuai kebutuhan (S8, S9, S10, O1)
1.     Memperluas pangsa pasar dalam negeri (W2, O5)
2.     Kualitas produk dengan harga jual kompetitif (W1, O4)
3.     Diversifikasi produk (W1,O1)

(T) Threats
Faktor-faktor Ancaman :
1.    Fluktuasi harga karena resesi global mempengaruhi harga CPO
2.    Tingginya pajak untuk perkebunan
3.    Adanya serangan hama dan pencurian TBS
1.   Peningkatan kualitas SDM secara berkesinambungan
2.   Pengoperasian pabrik dengan melakukan penghematan biaya
3.   Penerapan Sistem Manajemen Kinerja (SMK) secara konsisten
4.   Perawatan dan pengawasan kebun oleh perusahaan
5.   Pengajuan perpanjangan masa HGU
1.Mengadakan pendekatan dengan BPN Pusat, Daerah dan Pemda dengan memenuhi persyaratan formil dan informil untuk percepatan perolehan sertifikat HGU
2.Optimalisasi lahan HGU
3.Menggunakan teknologi ramah lingkungan secara intensif
Beberapa strategi untuk pengadaan tandan buah segar dan pengendalian Crude Palm Oil dan Palm Kernel pada pabrik kelapa sawit kebun Rimbo Dua PTP Nusantara VI dapat dilihat pada tabel 5 beriku
 
Tabel 5. Matriks SWOT strategi pengadaan Tandan Buah Segar dan pengendalian Crude Palm Oil dan Palm Kernel serta strategi alternatifnya pada pabrik kelapa sawit kebun Rimbo Dua PTP Nusantara VI
       
        
             
                          Internal






         Eksternal
(S) Strengths
Faktor-faktor Kekuatan:
1.Bahan baku (TBS) tersedia dengan kualitas yang baik
2.Stok CPO dan PK digudang selalu ada
3.Bahan penolong dan spare part  untuk perawatan mesin  selalu tersedia
4.Kontiunitas pasokan terjaga
(W) Weakness
Faktor-faktor Kelemahan:
1. Jumlah pasokan bahan baku (TBS) saat ini tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
2. Frekuensi bahan baku (TBS) yang masuk ke pabrik tidak teratur
3. Jumlah persediaan TBS dan spare part mesin kadangkala tidak ada
4. Kapasitas tangki timbun terbatas/tidak bisa untuk menampung lebih dari 1 bulan produksi CPO
(O) Opportunities
Faktor-faktor Peluang :
1.Kemungkinan produksi lebih banyak karena kebun Rimbo Satu belum panen maksimal
a.Meningkatkan produksi kebun Rimbo Satu dan Rimbo Dua dengan pemberian pupuk kompos untuk meningkatkan RBT (Rata-rata Berat Tandan) (S1,S2,S3,S4,O1)

a.  Mengoptimalkan produksi kebun Rimbo Dua (W1,W2,W3,O1)
b.  Memaksimalkan panen dan jadwal pengiriman CPO (W1,W4,O1)
(T) Threats
Faktor-faktor Ancaman :
1.Pabrik tidak mengolah karena kekurangan bahan baku
2.Izin dari kantor pusat yang kadangkala memakan waktu
a.Mengoptimalkan  kinerja PKS sesuai dengan kapasitas mesin yang ada (S1,S3,S4,T1,T2)

a.   Memberikan kewenangan pada PKS untuk hal-hal penting (W3,T2)

Strategi pada tabel 4 dan 5 selanjutnya dilakukan diskusi partisipatif dengan pihak Rimbo Dua dan diperoleh beberapa kesimpulan tentang strategi yang diterapkan oleh PKS Rimbo Dua. Hasil diskusi tersebut adalah PKS Rimbo Dua saat ini merupakan PKS dengan predikat baik diantara PKS yang ada di PTP Nusantara VI. Saat ini PKS Rimbo Dua menjadi pabrik percontohan karena mampu menerapkan standar kerja yang zero waste dan zero accident. 
            Strategi yang diterapkan dalam perencanaan produksi CPO dan PK pada PKS Rimbo Dua adalah Optimalisasi kinerja pabrik dan kebun sehingga mampu berproduksi maksimal dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Hal ini dilakukan karena PKS Rimbo Dua merupakan satu-satunya pabrik di PTP Nusantara VI yang bahan bakunya diperoleh dari kebun sendiri, sedangkan pabrik lainnya mendatangkan bahan baku dari kebun inti dan plasma serta pihak swasta.
            Kebijakan lain yang diambil oleh PKS Rimbo Dua adalah mengurangi biaya yang digunakan di pabrik. Efisiensi biaya dilakukan pada penghematan biaya bahan bakar mesin. Untuk itu dalam penggunaan energi maka PKS Rimbo Dua menggunakan energi alternatif yaitu penggunaan biodiesel dalam menjalankan mesin-mesin pabrik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar solar dengan pengalihan energi.
            Strategi yang digunakan dalam mengatasi kendala kekurangan bahan baku adalah dengan optimalisasi produksi kebun Rimbo Dua. Sedangkan produksi kebun Rimbo Satu saat ini sedang berada dalam masa perkembangan karena kebanyakan tanaman kelapa sawit masih berumur muda. Untuk mengoptimalkan produksi kebun Rimbo Dua maka PKS Rimbo Dua mendirikan pabrik pengolahan limbah untuk menghasilkan pupuk kompos yang digunakan pada kebun sendiri. Penggunaan pupuk kompos buatan sendiri ini dapat mempertahankan produksi kebun sehingga tetap tinggi. 
V. Penutup
PKS Rimbo Dua merupakan pabrik kelapa sawit yang menjadi percontohan di PTP Nusantara VI Jambi – Sumatera Barat karena menerapkan sistem zero accident dan zero waste. Dari strategi yang diusulkan dalam proses perencanaan produksi CPO dan PK pihak perusahaan harus memaksimalkan kinerja pabrik dengan menggunakan bahan baku yang ada. Untuk menjamin ketersediaan bahan baku perlu adanya optimalisasi kebun yang telah berproduksi. Selain itu pabrik dapat bekerjasama dengan petani dan pihak swasta untuk memenuhi pasokan bahan baku.
Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pengadaan TBS dan pengendalian CPO dan PK pihak perusahaan harus mempertahankan kinerja kebun yang telah dicapai selama ini sehingga mampu berproduksi maksimal dalam menghasilkan TBS serta mampu menjaga kualitas CPO dan PK yang dihasilkan dan mengembangkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif  (biodiesel dan pengolahan limbah).

LINKS

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Untuk Visitor Yang Berminat Berinvestasi Di Pertambangan Silahkan Saudara/i Kunjungi Website Kami http://ahmad-tarmizi.blogspot.com/ Kami SiapMelayani Anda Thanks.